banner

BITCOIN: Sebuah Sistem Desentralisasi

Bitcoin adalah sebuah tipe mata uang, yang digunakan di seluruh dunia dan dapat ditukarkan ke dollar AS seperti mata uang lain yang kita ketahui. Yang membuat Bitcoin menarik adalah fakta dimana keberadaannya melahirkan sebuah sistem keuangan baru yang memadukan unsur modern dan tradisional ke dunia kita, namun dalam aspek desentralisasi.

Desentralisasi

Untuk memahami istilah “sistem keuangan yang terdesentralisasi”, kita harus sebelumnya memahami apa yang dimaksud dengan sistem yang ter-“sentralisasi”. Secara informal, sistem keuangan yang bersifat sentralisasi adalah sebuah sistem keuangan yang memiliki otoritas sentral, seperti halnya pemerintah, yang bertanggungjawab untuk semua aspek ekonomi, termasuk mencetak uang, mengaplikasikan pajak pada laba yang diperoleh oleh publik, mengijinkan bank-bank untuk membuka rekening untuk masyarakat, menerapkan regulasi dan berbagai hal lainnya. Hampir semua yang ada saat ini bergerak atas regulasi dan ketentuan dari pemerintah. Sebagian besar dari transaksi keuangan yang ada saat ini melibatkan setidaknya satu pihak ketiga, seperti bank, yang kemudian akan mengaudit dan menyimpan semua detail transaksi untuk proses pendataan dan penyelesaian sengketa di kemudian hari, akreditasi, serta proses pengawasan untuk menegakkan hukum.

Berhubung sekarang kita sudah paham tentang sistem yang tersentralisasi, sekarang kita bisa berargumen bahwa sistem yang terdesentralisasi adalah sistem yang tidak memiliki otoritas sentral namun masih bisa bekerja sama baiknya seperti seakan-akan ada otoritas sentral dibelakangnya. Persyaratan yang perlu dipenuhi untuk bisa “bekerja dengan baik” sebenarnya agak samar-samar dan tergantung pada peraturan-peraturan finansial dan hukum yang diaplikasikan oleh tiap negara di dalam sistemnya.

Di sebagian besar negara, sistem keuangan yang bekerja dengan baik harus memiliki fitur perpajakan, namun hal ini pun bisa berbeda di satu negara dengan negara lainnya. Namun, di semua negara (atau federasi), prosedur percetakan uang yang baik dan terkontrol adalah faktor penentu yang sangat penting untuk dimiliki oleh setiap sistem keuangan. Sistem Bitcoin dikatakan memiliki fitur ini, namun apakah sistem ini memiliki fitur-fitur lain (seperti perpajakan, regulasi, dan sebagainya) masih tunduk pada interpretasi masyarakat dan mungkin masih bisa berubah menjadi versi baru yang lebih canggih. Sebelum kita mempelajari bagaimana Bitcoin bisa diciptakan, mari kita pelajari lebih dalam tentang pandangan publik terhadap uang dari masa ke masa.

Jika kita lihat sistem-sistem keuangan yang ada dalam sejarah, kita bisa meneliti bahwa pada tahap awal perdagangan, orang-orang menggunakan sistem desentralisasi namun kemudian mereka berpindah ke sistem yang tersentralisasi, dan kini dengan adanya bantuan dari komunitas kriptografi, sistem keuangan mulai bergerak kembali ke arah desentralisasi namun tentunya dengan sentuhan modernisasi. Rangkuman dari pendekatan sistem keuangan yang telah digunakan dari masa ke masa adalah sebagai berikut:

1. Sistem Komoditas yang Terdesentralisasi

Sistem ini merupakan sistem yang sangat sederhana dimana 1 gram emas memiliki harga sebesar 1 gram emas, dan emas dijadikan dasar alat tukar sehingga pada saat itu dikenal sebagai gold-standard (selanjutnya, silver-standard dan double-standard juga mulai bermunculan dan dikembangkan). Jaman dahulu terdapat kurs pertukaran harga dari emas ke barang apapun dan sebaliknya. Dengan begitu, Anda bisa membeli apa saja yang Anda butuhkan, dengan cara menukarnya dengan barang yang memiliki harga emas yang sama. Sistem seperti ini bisa berjalan karena semua orang setuju dan paham bahwa emas itu bersifat langka, sehingga menjadi sesuatu yang berharga. Tidak perlu ada otoritas manapun yang harus mengumumkan bahwa sekian gram emas itu seharga sekian banyak papan kayu, contohnya. Yang terjadi adalah nilai suatu barang diambil dari nilai fisik mereka, sehingga munculah sebuah sistem yang terdesentralisasi.

2. Sistem Sentralisasi dengan Mata Uang yang Dijamin oleh Komoditas

Sistem ini melangkah lebih dekat ke arah sistem keuangan yang kita ketahui saat ini. Dalam sebuah sistem sentralisasi dengan mata uang yang dijamin oleh komoditas, seorang pelanggan tidak lagi membeli makanan dengan cara memberikan sejumlah emas ke penjual, melainkan kini dilakukan dengan cara memberikan selembar kertas, atau sertifikat, yang ditandatangani oleh pihak bank, yang menunjukkan bahwa bank tersebut sudah menerima sejumlah emas di brankasnya. Siapapun yang menggenggam kertas tersebut, dapat mencairkan emasnya kembali dengan cara memberikannya ke bank, sehingga, kertas tersebut menjadi bisa dipindahtangankan dan bisa digunakan untuk membeli makanan atau produk-produk yang lain. Dari sana, kita bisa melihat bahwa bank adalah titik sentral dari sistem ini karena merekalah yang menyimpan emas untuk pengguna mereka, dan merekalah yang membubuhkan tandatangan pada kertas tersebut agar terbukti valid. Titik penting disini adalah peran dari lembaga perbankan itu sendiri. Bila Anda ingin bermain di dalam sistem ini, Anda harus percaya pada bank dan bisa membuktikan bahwa kertas yang dibayarkan oleh seseorang kepada Anda memang terbukti valid atau, sebaliknya.

3. Sistem Mata Uang “Fiat” yang Tersentralisasi

Inilah jenis mata uang yang kita ketahui sekarang karena selalu kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti halnya mata uang yang dijamin oleh komoditas, sistem keuangan ini juga menggunakan kertas dan koin. Namun dalam sistem keuangan dengan mata uang Fiat, kertas dan koin ini tidak lagi merepresentasikan barang tertentu seperti emas atau perak. Kertas ini hanya memiliki nilai karena ada peraturan dari pemerintah yang mengharuskannya untuk memiliki nilai; sebagai contoh, bila Anda menjual hot dogs di pinggir jalan di kota New York, maka Anda harus setuju untuk menerima pembayaran dalam bentuk dollar AS. Anda tidak menerima dollar AS karena nilai fisiknya (berhubung bentuknya hanya selembar kertas), namun karena pemerintah Anda memaksa Anda untuk menerimanya. Dengan begitu, pemerintah menjadikan dollar AS sesuatu yang sangat sering digunakan saat ini (bahkan sekarang lebih berguna daripada sebongkah emas). Seperti yang dijelaskan sebelumnya, kertas-kertas ini sebenarnya tidak ada harganya, namun karena regulasi menghendaki demikian, kertas ini akhirnya seharga dengan nomor yang tertera di dalamnya (nomor-nomor ini dikenal juga dengan sebutan “face value” dalam dunia ekonomi).

Penjelasan diatas juga menunjukkan alasan mengapa tipe uang yang seperti ini dikenal dengan istilah “Fiat”, yang diambil dari bahasa Latin dengan arti “biarkan saja terjadi” berhubung dibuat murni berdasarkan regulasi dari pemerintah semata tanpa memiliki nilai yang sebenarnya.

4. Blockchain yang Terdesentralisasi

Kini lebih mudah bagi kita untuk memahami apa itu Blockchain dan bagaimana cara kerjanya menggunakan analogi sebuah rekening bank. Jika Anda memiliki sebuah rekening bank, Anda mungkin sudah tahu bahwa Anda bisa menanyakan tentang saldo rekening Anda, dan juga melihat seluruh riwayat transaksi yang pernah Anda lakukan, contohnya transaksi mengirimkan atau menerima uang via rekening bank Anda. Bank menyimpan informasi-informasi ini di dalam catatan pribadi atau database mereka, dan menyediakan data itu kepada klien bila ditanyakan. Satu-satunya cara untuk mengakses catatan tersebut adalah melalui pihak banknya langsung, dalam arti Anda tidak akan bisa mengecek berapa jumlah saldo di rekening bank teman Anda.

Sekarang anggaplah catatan yang digunakan bank tersebut memiliki jumlah halaman yang tidak terbatas (anggap saja, bank tidak akan mengalami masalah “kehabisan kertas”). Bank mulai mengisi catatan tersebut dari halaman pertama, nomor satu, dan terus menulisnya hingga halaman-halaman berikutnya.

Bank mengikuti dua aturan mengaudit dengan sangat hati-hati, yaitu:
Tidak dapat diulang – Ketika bank sedang menulis transaksi pada halaman X, maka bank tidak akan mengulang dan mengubahnya kembali ke halaman dengan nomor halaman yang lebih rendah dari X.
Tersembunyi – Ketika bank sedang menulis di halaman X, maka transaksi-transaksi yang muncul di halaman X belum dinyatakan valid sehingga tidak akan bisa diandalkan ketika klien menanyakan tentang saldo rekening bank mereka (aturan ini tercermin pada cara kerja rekening bank dimana kita perlu menunggu selama beberapa saat sampai akhirnya kita bisa melihat transaksi yang kita lakukan).

Dua aturan ini berarti bahwa halaman X adalah satu-satunya halaman yang dapat ditulis namun tidak dapat dibaca (berhubung bank tidak bisa mengandalkan apa yang tertulis di halaman X). Di sisi lain, halaman 1, 2, …,(X-1) bisa dibaca, namun tidak bisa ditulis ulang.

Isu penting lainnya adalah biaya transaksi: Ketika bank memproses transaksi dari Alice ke Bob, maka Alice harus membayarkan sejumlah uang ke bank sebagai bentuk komisi atas penggunaan layanan mereka. Biaya transaksi ini jumlahnya tidak tetap seperti yang terjadi dulu.

Sekarang, cara kerjanya murni secara free-market, dimana Alice memberitahu pihak bank terlebih dahulu bahwa ia hendak melakukan sebuah transaksi bersamaan dengan jumlah komisi yang ia setujui untuk dibayarkan ke pihak bank; semakin tinggi komisinya, semakin tinggi juga kesempatan bagi transaksi Alice untuk dimuat didalam halaman yang sedang dituliskan oleh bank, dalam arti transaksi tersebut akan divalidasi lebih cepat oleh pihak bank.

5. Bagaimana Transaksi Bitcoin Berjalan ?


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "BITCOIN: Sebuah Sistem Desentralisasi"

Post a Comment