banner

Cara Membuat Rumah Tangga Bahagia

rumah tangga bahagia adalah idaman setiap pasangan hidup yang sudah menikah. namun pada kenyataanya banyak suami istri yang bercerai di pertengahan jalan meskipun umur pernikahan masih seumur jagung. biasanya hal ini disebabkan karena suami atau istri memkasakan egonya sendiri.    
tengoklah kisah ini, Suatu hari Syuraih Al Qadhi berjumpa dengan As Sya’bi, dan segera Syuraih berpesan kepadanya dengan berkata: Hendaknya engkau menikahi wanita dari Bani Tamim, karena sesungguhnya aku mendapatkan mereka adalah wanita wanita cerdas. Spontan As Sya’bi menjadi penasaran, lalu ia bertanya: seperti apa kecerdasan yang engkau maksud ada pada mereka?
Untuk menggambarkan kecerdasan wanita Bani Tamim, Syuraih Al Qadhi menceritakan pengalaman pribadinya menikahi seorang wanita dari Bani Tamim yang bernama Zaenab Bintu Jarir.
Wahai Sya'bi, andai saja engkau mengetahui betapa luar biasa kemahiran wanita wanita Bani Tamim dalam mendadani Zaenab untuk dipersembahkan kepadaku pada malam pertama. Ketika aku telah dipertemukan dengannya, segera aku teringat bahwa dalam kondisi seperti ini, disunnah bagi suami untuk mendirikan sholat sunnah dua rakaat . Tujuannya untuk memohon kepada Allah kebaikan istrinya tersebut dan berlindung kepada Allah dari kejelekannya.
Tanpa menunda sedikitpun, segera aku mendirikan sholat dua rakaat, dan ketika aku megucapkan salam, sebagai penanda berakhirnya sholatku, aku mendapatkan istriku turut sholat di belakangku.
Seusai aku mendirikan sholat, segera gadis gadis kecil dari Bani Tamim berhamburan menuju ke arahku untuk memasangkan sehelai kain selimut yang telah dibubuhi wewangian di bahuku.
Setelah rumah yang kami huni bedua sunyi, segera aku menjulurkan tanganku ke arah ubun ubun istriku, namun buru buru istriku bekata: Jangan tergesa gesa wahai Abu Umayyah, hendaknya engkau tetap berdiam diri di tempatmu
Selanjutnya istri berkata: “Segala puji hanya milik Allah, aku muji dan memohon pertolongan kepada-Nya. Aku juga menghaturkan sholawat kepada Nabi Muhammad, dan keluarganya. 
Sesungguhny aku adalah seorang wanita asing bagimu, sehingga aku tidak mengetahui bagaimana perangai/perilakumu. Karena itu hendaknya engkau jelaskan terlebih dahulu apa yang engkau suka agar aku lakukan dan apa yang engkau benci sehingga aku tinggalkan.

Sungguh di tengah tengah kaummu terdapat wanita yang layak untuk engkau nikahi, demikian pula di kaumku terdapat lelaki yang layak menjadi suamiku. Namun Allah telah mentakdirkan kita berdua menikah, maka terjadilah sesuai kehendak Allah. Dan sekarang engkau telah memiliki diriku, karenanya, tunaikan perintah Allah kepadamu: “milikilah aku dengan cara cara yang baik atau ceraikan aku dengan cara cara yang baik pula”. Demikianlah ucapan yang perlu aku sampaikan, dan aku memohon ampunan kepada Allah untuk diriku, dirimu, dan juga teruntuk seluruh ummat Islam.
Syuraih berkata kepada Sya’bi: Wahai Sya’bi, sungguh istriku telah memaksaku untuk berkhutbah dalam kondisi seperti ini. Akupun menjawab ceramahnya dengan berkata: Segala puji hanya milik Allah, aku memuji dan memohon pertolongan kepada-Nya. Aku juga menghaturkan sholawat dan salam kepada Nabi , dan keluarganya, amma ba’du:
“Sesungguhnya engkau wahai istriku, telah mengucapkan satu perkataan, bila benar benar engkau terapkan maka itulah yang akan engkau dapatkan. Namun bila itu hanya ucapan kosong belaka, maka ucapanmu akan menjadi hujjah atas dirimu sendiri. Ketahuilah bahwa aku menyukai demikian, dan membenci demikian.
Kebaikan apapun yang engkau dapatkan pada diriku, maka tebarkanlah, sedangkan kejelekan apapun yang engkau dapatkan pada diriku, maka rahasiakanlah.
Kemudian istriku kembali bertanya: bagaimana cara yang engkau sukai perihal kunjungan ke keluargaku? Aku menjawab: Jangan terlalu sering agar keluargamu tidak merasa bosan dengan kehadiranku di tengah tengah mereka.
Kemudian istriku kembali bertanya: Siapakah dari tetanggamu yang engkau izinkan untuk masuk ke rumahmu dan siapa saja yang engkau benci?
AKu menjawab: Keluarga Fulan mereka adalah orang orang sholeh, sedangkan keluarga Fulan, mereka adalah orang orang jelek.
Wahai Sya’bi! Pada malam itu aku menjalani malam pertama yang sangat berkesan dan begitu indah. Selanjutnya aku menjalani hidup bersamanya selama satu tahun tanpa pernah melihat sesuatupun darinya kecuali yang aku sukai.
Dan pada suatu hari di penghujung tahun pertama pernikahanku dengannya, ketika aku pulang dari persidangan, tiba tiba aku menemukan seorang wanita ada di rumahku. Dari luar rumah aku bertanya kepada istriku: Siapakah wanita yang ada di rumah? Ia menjawab: Dia adalah ibu mertuamu (Ibuku).
Setelah aku masuk rumah, segera ibu mertuaku memandangku dan bertanya: Bagaimana engkau mendapatkan istrimu? Aku menjawab: dia adalah sebaik baik istri. Ibu mertuaku kembali berkata: Wahai Abu Umayyah: Sesungguhnya perangai seorang wanita akan menjadi sangat buruk pada dua kondisi berikut:

Pertama: Bila ia telah melahirkan seorang anak laki laki.

Kedua: Atau ia merasa disayangi oleh suaminya,
karena sungguh demi Allah tiada sesuatu yang lebih buruk untuk dibawa pulang oleh seorang lelaki ke rumahnya dibanding istri yang manja. Karenanya silahkan engkau mendidik istrimu sesuka hatimu dan aturlah istrimu sesuka hatimu pula.
Selanjutnya aku menjalani kehidupan berumah tangga bersama istriku selama dua puluh tahun, tanpa ada satu halpun yang aku merasa perlu untuk menegurnya, kecuali sekali saja, dan itupun terbukti aku yang salah dan menzholiminya. (Kisah ini disebutkan dalam kitab Al ‘Iqdu Al Fariid karya Ibnu Abdi Rabbih)
Wanita dalam 2 kondisi tersebut seringkali merasa besar kepala, sedikit demi sedikit lancang dan bahkan mengeksploitasi suaminya, dengan dalih : say, demi aku say" atau dengan memanfaatkan anak lelakinya untuk mengendalikan suaminya.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Cara Membuat Rumah Tangga Bahagia"

Post a Comment